Advertisement
Scroll Keatas Untuk Lanjutkan Membaca
BREAKING NEWS

Renungan Katholik Minggu 9 November 2025 : Hati Kita Manusia Adalah Bait Allah

   
Renungan Katholik Minggu 9 November 2025 : Hati Kita Manusia Adalah Bait Allah

Renungan Katholik Minggu 9 November 2025 : Hati Kita Manusia Adalah Bait Allah

Renungan Katholik Minggu 9 November 2025 : Hati Kita Manusia Adalah Bait Allah
Oleh : Fr. M. Yohanes Berchmans, BHK

SALVE bagi para saudara terkasih dalam Kristus Tuhan.

Semoga rahmat kesehatan, damai, dan sukacita menyertai Anda semua di mana pun berada.


Pada hari Minggu ini, Gereja sejagat merayakan Pesta Pemberkatan Basilika Lateran sebuah perayaan yang mengingatkan kita akan makna terdalam dari Bait Allah. Bacaan Injil hari ini dari Yohanes 2:13–22 menghadirkan peristiwa Yesus yang menyucikan Bait Allah. Tindakan tegas Yesus ini bukan sekadar tentang menghormati bangunan kudus, tetapi tentang kesadaran baru: bahwa Diri-Nya Sendiri adalah Bait Allah yang hidup, tempat kehadiran Allah berdiam sepenuhnya.


Jika Yesus adalah Bait Allah yang sejati, maka sebagai murid-murid-Nya, kita pun dipanggil menjadikan hati kita sebagai Bait Allah yang hidup ruang rohani tempat Kristus bertahta. Hati kita adalah istana-Nya, tempat Ia ingin berdiam, menyinari, dan membarui kita.


Rasul Paulus menegaskan hal ini dengan sangat jelas: “Atau tidak tahukah kamu bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu… dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?” (1 Korintus 6:19)


Jika tubuh adalah bait Roh Kudus, maka hati adalah ruang terdalam dari bait itu, tempat perjumpaan kita yang paling intim dengan Allah. Maka, seperti Yesus menyucikan Bait Allah, kita pun dipanggil untuk menyucikan hati kita setiap hari.


Bagaimana kita menjaga HATI sebagai Bait Allah?


Pertama : Bersihkan hati dari dosa dan niat jahat.

Singkirkan segala bentuk kegelapan yang mencemari kejernihan batin: pikiran buruk, kecenderungan jahat, atau sikap yang menjauhkan kita dari kasih.


Kedua : Jangan jadikan hati tempat “transaksi” dosa.

Yesus menolak Bait Allah dipakai sebagai pasar. Demikian juga, hati kita tak boleh menjadi tempat ambisi gelap, kesombongan, manipulasi, atau kepentingan-kepentingan yang tidak selaras dengan kehendak Allah.


Ketiga : Lembutkan hati dari kekerasan dan kekakuan.

Hati yang keras sulit ditembus rahmat. Biarkan Roh Kudus melembutkan bagian-bagian hati yang dipenuhi ego, keangkuhan, atau kebiasaan untuk menutup diri.


Keempat : Rawat hati agar tetap jernih, rendah hati, dan penuh kasih.

Hati yang terpelihara dengan doa, firman Tuhan, sakramen, dan perbuatan kasih akan menjadi tempat bersemayam yang pantas bagi-Nya.


Ingatlah: Jika hati kita adalah Bait Allah, maka menjaganya berarti menghormati Allah yang tinggal di dalam diri kita. Jangan biarkan hati kita kotor, agar Dia tidak “meninggalkan” istana-Nya di dalam kita. Setiap hari adalah kesempatan baru untuk menyucikan, memperbarui, dan menghadirkan hati yang pantas bagi Tuhan.


Semoga hari ini kita hidup dengan hati yang terbuka dan layak bagi kehadiran-Nya.


Pertanyaan Refleksi


1. Apakah aku sudah memperlakukan hatiku sebagai tempat kediaman Allah melalui pikiran, perasaan, dan niat yang bersih serta tulus?

2. Adakah “transaksi” dalam hati kuambisi, iri, dengki, dendam, amarah, atau kepahitan yang perlu dibersihkan agar tidak mengusir Tuhan?

3. Apa langkah konkret yang bisa kulakukan hari ini untuk memiliki hati yang lebih lembut, rendah hati, dan penuh kasih dalam relasiku dengan sesama?


Selamat berefleksi dan selamat hari Minggu. Tuhan memberkati.

Add Comment

Centang kotak Notify Me agar mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.


©2020 — NUSA PAGI