![]() |
Para Suster dari berbagai Kongregasi di NTT ikut kegiatan ToT TPPO di Kemah Tabor Mataloko Ngada (Foto : istimewa) |
Bajawa - Nusapagi.com || Upaya pencegahan perdagangan manusia di Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali diperkuat melalui penyelenggaraan Training of Trainer (ToT) Modul Pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) berbasis Gender Transformatif.
Kegiatan ini diinisiasi oleh Zero Human Trafficking Network (ZHTN) yang dikoordinatori oleh P. Agus Duka, SVD, bekerja sama dengan Kabar Bumi keluarga besar buruh migran Indonesia yang dikoordinatori oleh Karsiwen serta didukung oleh Mensen met Missie.
Demikian rilis yang diterima media ini, Minggu, (19/10/2025) dari Co - Fasilitator Kegiatan Br. Pio Hayon, SVD
Pelatihan berlangsung selama empat hari, 10–13 Oktober 2025, di Rumah Retret Kemah Tabor, Mataloko, Kabupaten Ngada, NTT, dan diikuti oleh 20 suster dari berbagai kongregasi religius di Nusa Tenggara Timur.
Para peserta merupakan suster-suster yang bekerja langsung di komunitas akar rumput dan memiliki komitmen untuk mengedukasi masyarakat mengenai bahaya serta upaya pencegahan perdagangan manusia.
Dalam penelitiannya tahun 2022, ZHTN menemukan bahwa NTT merupakan salah satu dari lima provinsi “daerah merah” asal korban perdagangan manusia di Indonesia. Temuan menunjukkan bahwa akar masalah TPPO tidak hanya terletak pada faktor ekonomi, tetapi juga berkaitan erat dengan kekuasaan, sistem sosial-budaya, serta keyakinan adat dan gender yang patriarkis.
“Banyak perempuan di NTT mengalami beban ganda stigma sosial dan tekanan ekonomi. Dalam kondisi ini, mereka rela menempuh jalan berisiko tinggi demi memperbaiki nasib, yang pada akhirnya menjebak mereka dalam perdagangan manusia,” ungkap P. Agus Duka, SVD, Koordinator ZHTN.
ZHTN mengidentifikasi 13 keyakinan sosial-budaya yang berkontribusi pada kerentanan tersebut. Setelah melalui lokakarya di Bali dan uji coba modul di Magepanda pada Februari 2023, empat keyakinan prioritas dipilih untuk dijadikan dasar dalam penyusunan Modul Pencegahan TPPO Berbasis Gender Transformatif.
Kegiatan ToT ini bertujuan untuk melatih para suster menjadi pelatih di komunitas mereka masing-masing. Dengan pendekatan gender transformatif, peserta diajak memahami bagaimana kesetaraan gender dapat menjadi strategi efektif dalam mencegah perdagangan manusia, sekaligus mengubah cara pandang masyarakat terhadap peran dan martabat perempuan.
Menurut Karsiwen, Koordinator Kabar Bumi sekaligus fasilitator kegiatan, pelatihan ini tidak sekadar membekali peserta dengan pengetahuan teoritis, tetapi juga keterampilan praktis untuk melakukan advokasi dan pendidikan masyarakat.
“Para suster adalah figur yang dipercaya di komunitasnya. Ketika mereka memahami akar budaya dari perdagangan manusia dan mampu menyentuh hati masyarakat, perubahan nyata bisa terjadi dari bawah,” ujarnya.
Melalui pelatihan ini, peserta diharapkan:
1. Memahami konsep dan strategi pencegahan TPPO berbasis gender transformatif;
2. Mengenal budaya dan nilai-nilai agama yang mendukung pembelaan terhadap korban TPPO;
3. Mampu mengimplementasikan hasil pelatihan dengan melatih kelompok dampingan di komunitasnya masing-masing.
Sebagai tindak lanjut, para peserta akan melaksanakan pelatihan di wilayah dampingan mereka, bekerja sama dengan ZHTN dan jaringan mitra lokal, untuk memastikan pengetahuan ini benar-benar mengakar di masyarakat.
Kegiatan ini menandai langkah strategis dalam upaya kolaboratif lintas lembaga untuk mengakhiri praktik perdagangan manusia di NTT. Dengan melibatkan tokoh agama, tokoh adat, dan pemimpin komunitas, ZHTN berharap pendekatan berbasis gender transformatif dapat memperkuat nilai-nilai kemanusiaan dan kesetaraan di akar budaya masyarakat.
“Kami percaya bahwa perubahan harus dimulai dari kesadaran bersama. Dengan membekali para suster sebagai agen perubahan, kita sedang menanam benih pembebasan bagi banyak perempuan yang rentan terhadap eksploitasi,” imbuhnya .***(NP/Efrid Bata)
Centang kotak Notify Me agar mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.