![]() |
Kaum Muda Lintas Agama di Ende ikut Pelatihan ToT Pencegahan TPPO di Aula BBK Ende ( Foto : istimewa) |
Ende - Nusapagi.com || Kaum muda lintas agama di Kabupaten Ende diajak menjadi agen perubahan dalam upaya mencegah tindak pidana perdagangan orang (TPPO). Ajakan itu mengemuka dalam kegiatan Training of Trainers (ToT) Pencegahan TPPO berbasis Transformative Gender yang digelar pada 17–18 Oktober 2025 di Aula Biara Santu Konradus, Jalan Wirajaya, Ende.
Kegiatan yang diinisiasi oleh Vivat Internasional dengan dukungan Mensen met Missie ini diikuti oleh 25 peserta dari beragam organisasi kepemudaan lintas agama, seperti Orang Muda Katolik, Pemuda Shalom, dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Mereka dibekali pengetahuan dan keterampilan praktis agar mampu menjadi pelatih dan penggerak di komunitas masing-masing dalam upaya pencegahan perdagangan orang.
Dalam sambutan pembukaannya, P. Agus Duka, SVD, selaku Koordinator Vivat Internasional, menegaskan bahwa TPPO bukan hanya pelanggaran hukum, melainkan juga kejahatan kemanusiaan yang merampas masa depan generasi muda.
“Kegiatan ini bukan sekadar pelatihan, tetapi sebuah panggilan kemanusiaan. TPPO adalah kejahatan serius yang merampas hak dan masa depan generasi muda. Karena itu, kita semua, lintas agama dan lintas sektor, punya tanggung jawab untuk bergandengan tangan mencegahnya,” tegasnya.
Ia menekankan pentingnya pendekatan gender yang transformatif, yakni upaya mengubah relasi sosial yang timpang antara laki-laki dan perempuan menjadi hubungan yang setara dan saling menghargai. Pendekatan ini diyakini menjadi kunci untuk memahami akar permasalahan perdagangan orang, terutama yang berakar pada kemiskinan, diskriminasi, dan ketimpangan sosial.
Kegiatan pelatihan ini dipandu oleh Ibu Yosefhina Dafrosa dan Nona Stefania Kowe sebagai fasilitator utama, serta Br. Pio Hayon, SVD selaku koordinator sekaligus fasilitator pendamping. Metode pelatihan disusun secara partisipatif dan interaktif, dengan berbagai sesi seperti diskusi kelompok, refleksi, role play, serta presentasi hasil kerja tim.
Materi yang diberikan mencakup tema-tema strategis seperti Gender Equality, Disability, and Social Inclusion (GEDSI), analisis kemiskinan, pemahaman risiko migrasi, peran laki-laki dan perempuan dalam masyarakat, hingga penyusunan rencana tindak lanjut di tingkat komunitas.
Antusiasme peserta tampak tinggi sepanjang kegiatan. Mereka aktif bertanya, berdiskusi, dan berbagi pengalaman tentang berbagai bentuk kerentanan sosial di lingkungan mereka. Banyak peserta mengaku mendapatkan perspektif baru tentang pentingnya kolaborasi lintas iman dan lintas sektor untuk menekan praktik TPPO di Nusa Tenggara Timur, wilayah yang selama ini menjadi salah satu kantong terbesar korban perdagangan orang di Indonesia.
Di akhir kegiatan, para peserta menyatakan komitmen untuk menjadi agen perubahan yang mendorong kesadaran publik serta melibatkan komunitas muda dalam gerakan pencegahan TPPO.
Dengan terselenggaranya ToT ini, diharapkan terbentuk jejaring muda lintas agama yang solid dan mampu mengedukasi masyarakat secara berkelanjutan tentang bahaya perdagangan orang bukan hanya sebagai isu hukum, tetapi sebagai tanggung jawab kemanusiaan bersama.***(NP/Efrid Bata)
Centang kotak Notify Me agar mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.