![]() |
Ansel Kaise Salah seorang Pemain dari Klub DPRD Ende yang sedang menggocek Bola dalam pertandingan eksebisi antara Pemda Ende vs DPRD Ende di Stadion Marilonga Ende ( Foto : istimewa) |
Ende - Nusapagi.com || Stadion Marilonga sore itu tak hanya menjadi saksi pemanasan menjelang Final Piala Bupati Ende 2025. Lebih dari sekadar persiapan menuju laga bergengsi Minggu, 3 Agustus 2025, lapangan hijau ini berubah menjadi panggung di mana tawa, tekel, dan tensi ringan bersatu dalam satu pertandingan persahabatan nan menghibur antara dua institusi penting: Pemda Ende vs DPRD Ende.
Skor akhir memang berpihak kepada Pemda yang menang 3-1. Tapi siapa peduli dengan angka, jika atmosfer yang tercipta justru lebih dari sekadar kompetisi? Ini adalah pertandingan yang membuka ruang baru untuk diplomasi, bukan melalui pidato atau sidang, tapi lewat dribel, umpan, dan… jatuh terpeleset!
Ketika Jabatan Ditinggal di Pinggir Lapangan
Begitu peluit dibunyikan, dua tim tampil all-out, tentu dengan versi terbaik dari stamina dan semangat mereka masing-masing. Pemda Ende mengandalkan kombinasi pemain muda serta beberapa pejabat senior yang ternyata masih cukup lincah mengejar bola.
Tiga gol tercipta dari strategi yang terbilang rapi: serangan balik cepat dan set-piece yang menohok. Tapi DPRD tak tinggal diam mereka berhasil menyarangkan satu gol balasan yang mengangkat semangat tim dan penonton yang mendukung.
Namun ada satu sosok yang mencuri perhatian sepanjang laga, bukan karena gol atau assist-nya, tapi karena gaya bermain yang menghibur dan aksi tak terduga: Ansel Kaise, si nomor punggung 8 dari DPRD Ende.
Ansel Kaise: Gelandang, Jurnalis, dan Komedian Lapangan
Dikenal sebagai politisi cerdas dengan latar belakang jurnalis, Ansel menunjukkan bahwa ia juga punya “kecerdasan” di lapangan hijau. Ia bukan hanya menyusun serangan, tapi juga menyusun tawa.
Salah satu momen paling berkesan adalah ketika ia menggiring bola melewati dua pemain Pemda dengan gaya ala pemain profesional… hanya untuk kemudian tergelincir sendiri sebelum sempat menembak. Penonton tertawa, wasit geleng-geleng, dan Ansel berdiri sambil menyeka rumput dari lututnya.
“Golnya nggak penting, yang penting rakyat senang,” ujar Ansel, terengah-engah tapi tetap tersenyum. “Nomor 8 bukan cuma nomor punggung, tapi lambang tak kenal lelah walau lutut sudah protes!”
Sinergi dalam Sepatu Bola
Laga ini memang bukan soal piala, melainkan simbol kebersamaan antara eksekutif dan legislatif. Bahwa di tengah kesibukan menyusun kebijakan dan anggaran, para pemimpin Ende juga bisa duduk sejajar… atau lebih tepatnya, berlari bersama di lapangan.
Usai pertandingan, pemandangan yang muncul bukan amarah atau debat, melainkan pelukan, tawa, dan obrolan ringan soal siapa yang kram duluan. Bahkan beberapa pejabat mulai menggagas "leg kedua" tahun depan dengan pemain yang katanya harus “lebih muda dan lebih fit.”
Menuju Final, Tapi dengan Senyum
Laga eksebisi ini sukses menjadi semacam cooling down sekaligus warming up jelang Final Piala Bupati Ende 2025. Bagi masyarakat, pertandingan ini adalah hiburan yang menyegarkan: melihat para pemimpin mereka bukan sebagai figur formal semata, tetapi juga sebagai manusia biasa yang bisa kelelahan, salah passing, dan tetap tertawa.
Dan bagi DPRD Ende? Meski kalah skor, mereka menang hati publik. Terutama berkat sosok Ansel Kaise, yang seperti mengukir definisi baru dari kata “perwakilan rakyat” bukan hanya di ruang sidang, tapi juga di lapangan.
Nomor 8 yang Tak Pernah Padam
Ansel menutup laga dengan sebuah candaan yang memantik tepuk tangan: “Kalau tahun depan masih dipercaya main, saya minta pelatih pribadi,” katanya sambil mengurut kakinya yang kram. Saya tetap nomor 8. Karena 8 itu lambang tak berujung seperti cinta kami pada rakyat!”
Dari ruang paripurna ke lapangan hijau, dari dalil ilmiah ke aksi gocek jenaka, Ansel Kaise membuktikan bahwa kepemimpinan bisa dibungkus dengan kesederhanaan dan kelakar yang menyejukkan.*** (NP/ Efrid Bata)
Centang kotak Notify Me agar mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.