Advertisement
Scroll Keatas Untuk Lanjutkan Membaca
BREAKING NEWS

Renungan Mingguan Katolik : 100% Katolik, 100% Indonesia, Menghidupi Iman dan Kebangsaan dalam Semangat Kemerdekaan

   
Renungan Mingguan Katolik : 100% Katolik, 100% Indonesia, Menghidupi Iman dan Kebangsaan dalam Semangat Kemerdekaan

Renungan Mingguan Katolik : 100% Katolik, 100% Indonesia, Menghidupi Iman dan Kebangsaan dalam Semangat Kemerdekaan

Renungan Mingguan Katolik : 100% Katolik, 100% Indonesia, Menghidupi Iman dan Kebangsaan dalam Semangat Kemerdekaan
Oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, BHK

SALVE, saudaraku terkasih dalam Kristus.

Apa kabar Anda di hari penuh rahmat ini? Semoga Anda senantiasa dalam lindungan Tuhan: sehat, damai, dan dipenuhi sukacita. Hari ini kita merayakan sebuah momen bersejarah, 80 tahun Kemerdekaan Bangsa Indonesia sebuah anugerah yang lahir dari darah, doa, dan pengorbanan para pendahulu kita.


Renungan hari Minggu ini terinspirasi dari Injil Matius 22:15-21, kisah Yesus ketika ditanya soal membayar pajak kepada Kaisar. Pertanyaan itu adalah jebakan, namun jawaban Yesus melampaui kelicikan: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.”


Injil ini mengajarkan kita tentang keseimbangan hidup: bagaimana mengelola tanggung jawab duniawi sekaligus setia pada panggilan rohani. Sebagai warga negara, kita dipanggil untuk taat hukum, membayar pajak, dan ikut membangun kesejahteraan bangsa. Sebagai umat beriman, kita juga terpanggil untuk mempersembahkan hidup waktu, tenaga, harta, dan seluruh diri kita kepada Allah sebagai wujud syukur.


Seperti pesan pahlawan iman bangsa kita, Mgr. Albertus Soegijapranata, “Kita adalah 100% Katolik, 100% Indonesia.” Ini bukan semboyan semata, melainkan panggilan hidup. Menjadi Katolik yang setia bukan berarti melupakan kewarganegaraan, dan menjadi warga negara yang baik tidak boleh membuat kita meninggalkan iman. Keduanya menyatu dalam semangat Pro Ecclesia et Patria demi Gereja dan Tanah Air.


Namun, Yesus juga menegaskan: hanya Allah yang layak disembah. Ketaatan kepada pemerintah bukanlah penyembahan kepada negara, melainkan bentuk partisipasi dalam kehendak Allah. Penyembahan kita hanya tertuju pada Tuhan, Sang Pemilik kehidupan.


Puncta Renungan


1. Ketaatan pada pemerintah adalah bagian dari tanggung jawab iman.


2. Memberi kepada Allah adalah ungkapan syukur dan pengabdian.


3. Menjaga keseimbangan antara iman dan kewarganegaraan adalah panggilan hidup.


4. Hanya Tuhan yang layak disembah, bukan kekuasaan dunia.


Mari kita hidupi panggilan ini dengan hati yang utuh: mencintai tanah air sekaligus setia kepada Tuhan. Sebab menjadi 100% Katolik dan 100% Indonesia bukanlah beban, melainkan berkat, rahmat, dan identitas sejati kita.


Pertanyaan Refleksi


1. Sudahkah aku menjalankan tanggung jawab sebagai warga negara dengan jujur dan penuh integritas termasuk membayar pajak dan menaati hukum?


2. Bagaimana aku menunjukkan kesetiaan kepada Tuhan melalui persembahan waktu, tenaga, dan harta bagi Gereja dan sesama?


3. Apakah dalam keseharian aku mampu menjaga keseimbangan antara kewajiban duniawi dan panggilan rohani, tanpa mengabaikan salah satunya?


Selamat Hari Minggu. Selamat merefleksikan iman dalam semangat kemerdekaan. Salam damai Kristus. Salam Kemerdekaan!



Add Comment

Centang kotak Notify Me agar mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.


©2021 — NUSA PAGI