![]() |
| Oleh : Br. Pio Hayon, SVD Staf Dosen STPM Santa Ursula |
Natal sering kali terjebak dalam dikotomi antara perayaan yang hingar-bingar atau sekadar ritualitas tahunan. Namun, jika kita menggali lebih dalam ke akar teologisnya, Natal menyajikan sebuah konsep esensial yang dalam tradisi pemikiran Kristen sering disebut sebagai Gabe und Aufgabe—Hadiah dan Tugas. Memahami Natal melalui lensa ini berarti melihat kelahiran Kristus bukan sebagai titik henti, melainkan sebuah titik awal yang transformatif.
Gabe: Anugerah yang Tak Terhingga
Bagian pertama dari Natal adalah Gabe. Ini adalah dimensi di mana manusia menjadi penerima pasif dari inisiatif Allah. Natal adalah bukti nyata dari belas kasih dan kasih karunia Allah yang tak terbatas. Melalui kelahiran Yesus, Allah memberikan hadiah terbesar-Nya kepada umat manusia: kehadiran-Nya sendiri di tengah dunia yang fana.
Hadiah ini membawa transformasi yang radikal. Di tengah keputusasaan dan kegelapan dunia, Natal menawarkan harapan akan keselamatan dan pengampunan. Kelebihan dari hadiah ini adalah sifatnya yang inklusif; ia tidak diberikan berdasarkan kelayakan kita, melainkan murni karena kasih-Nya. Kita menerima transformasi hidup bukan karena usaha kita, melainkan karena kita telah terlebih dahulu dikasihi dan diterima oleh-Nya.
Natal mengingatkan kita bahwa hadiah yang diberikan Allah bukan hanya untuk segelintir orang, tetapi untuk seluruh umat manusia. Ini adalah kasih yang tak bersyarat, yang tidak bergantung pada status, prestasi, atau kelayakan kita. Setiap orang, tanpa terkecuali, diundang untuk menerima kasih ini. Melalui kelahiran Yesus, kita diberikan kesempatan untuk memperbarui hidup kita. Natal adalah waktu yang tepat untuk merenungkan segala sesuatu yang telah kita terima dan memutuskan untuk bertransformasi. Ini adalah pengingat bahwa tidak ada yang terlalu jauh dari kasih Allah untuk diubah. Hadiah Natal bukan hanya tentang keselamatan, tetapi juga tentang sukacita yang mengiringi kehadiran Kristus. Sukacita yang datang dari mengenal bahwa Allah bersedia turun ke dunia adalah sumber harapan bagi kita. Ini mengajak kita untuk merayakan dan berbagi kebahagiaan dengan orang lain.
Aufgabe: Panggilan untuk Bertindak
Namun, setiap hadiah dari Allah selalu membawa tanggung jawab. Inilah yang disebut sebagai Aufgabe. Menerima Kristus sebagai hadiah berarti menerima pula tugas untuk menghidupi nilai-nilai-Nya dalam keseharian. Kita dipanggil untuk menjadi cerminan dari kasih yang telah kita terima. Tugas ini bukanlah beban yang memberatkan, melainkan respons logis dari hati yang bersyukur. Tentu saja, menjalankan Aufgabe ini tidaklah mudah. Kita hidup di dunia yang sering kali mengagungkan egoisme dan terjebak dalam hiruk-pikuk kesibukan yang mendangkalkan spiritualitas. Menjaga iman dan komitmen untuk tetap berbagi kasih di tengah lingkungan yang kompetitif atau bahkan tidak bersahabat adalah tantangan nyata bagi setiap pengikut Kristus.
Dalam menerima anugerah, kita terpanggil untuk terlibat aktif dalam misi sosial. Tugas kita adalah menjadi agen perubahan dalam masyarakat, peduli terhadap yang miskin dan tertindas. Menghidupi nilai-nilai Kristus berarti memperjuangkan keadilan, kasih, dan pelayanan. Tugas kita juga mencakup mendidik dan membimbing generasi yang lebih muda tentang makna Natal dan nilai-nilai Kristiani. Ini bisa dilakukan melalui cerita-cerita, kegiatan pelayanan, atau perayaan bersama yang membawa pesan kasih dan pengharapan. Tugas memberi dan berbagi berkat juga sangat penting. Kita dipanggil untuk tidak hanya menikmati anugerah sendiri, tetapi juga membagikannya kepada orang lain. Ini bisa berupa keterlibatan dalam kegiatan amal, membawa sukacita ke dalam hidup orang lain, atau bahkan hanya dengan memberikan dukungan moral kepada mereka yang memerlukan.
Sinergi: Menghidupi Hadiah melalui Aksi
Integritas iman terletak pada sinergi antara Gabe dan Aufgabe. Kita tidak melakukan tugas agar mendapatkan hadiah, melainkan kita melakukan tugas karena kita telah menerima hadiah tersebut. Memahami bahwa kita telah dikasihi secara luar biasa seharusnya mendorong kita untuk bertindak secara luar biasa pula.
Dalam praktik konkret, sinergi ini mewujud dalam pelayanan dan kepedulian sosial. Natal kehilangan maknanya jika ia hanya dirayakan di dalam dinding gereja atau rumah yang nyaman. Tugas kita adalah membawa "hadiah" perdamaian dan kasih itu kepada mereka yang terpinggirkan, yang berduka, dan yang membutuhkan uluran tangan. Kehidupan kita harus menjadi kesaksian hidup atas hadiah yang telah kita terima.
Sebagai penutup, Natal haruslah dipandang sebagai sebuah kesatuan utuh antara hadiah dan tugas. Ia adalah momen refleksi untuk mensyukuri kebaikan Allah, sekaligus momen aksi untuk menjalankan misi-Nya di dunia. Seruan Natal bukanlah seruan untuk bersenang-senang selama satu hari, melainkan ajakan untuk menjalani nilai-nilai Kristus sepanjang tahun.
Mari kita jadikan Natal tahun ini sebagai titik balik untuk tidak hanya merayakan hari lahir Sang Juruselamat, tetapi juga untuk berkomitmen penuh menjalankan tugas kita sebagai pembawa damai dan kasih di tengah dunia. Natal adalah tentang menerima Gabe dengan syukur dan menjawab Aufgabe dengan setia. Selamat Natal untuk semua yang merayakannya.***


Centang kotak Notify Me agar mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.