![]() |
| Oleh : Fr. M. Yohanes Berchmans, BHK |
Salve..... Saudara - saudari yang terkasih dalam Kristus. Kasih sejati tidak pernah terikat oleh waktu atau ruang. Inilah pesan utama dari Injil hari ini, Jumat (31/10), yang diambil dari Lukas 14:1–6. Dalam kisah tersebut, Yesus menyembuhkan seorang yang sakit busung air pada hari Sabat, hari yang oleh hukum Yahudi dianggap suci dan bebas dari pekerjaan apa pun.
Tindakan Yesus memancing perhatian para ahli Taurat dan orang Farisi. Mereka ingin melihat apakah Yesus akan “melanggar” aturan Sabat demi menolong orang sakit itu. Namun Yesus justru menunjukkan bahwa belas kasih lebih tinggi daripada sekadar kepatuhan formal terhadap aturan. Ia bertanya, “Siapakah di antara kamu yang jika anaknya atau lembunya jatuh ke dalam sumur pada hari Sabat, tidak segera menariknya keluar?”
Lewat tindakan itu, Yesus menegaskan bahwa hukum Allah sejati bukanlah sekadar aturan tertulis, melainkan hukum kasih yang hidup. Ia menunjukkan bahwa keselamatan manusia jauh lebih penting daripada ketaatan buta pada aturan. “Hari Sabat diadakan untuk manusia, bukan manusia untuk hari Sabat,” demikian pesan-Nya yang melampaui zaman.
Kasih Yesus adalah kasih yang menembus batas ruang dan waktu. Ia tidak menunda kebaikan demi kenyamanan, tidak menunggu waktu yang tepat untuk menolong. Di mana ada penderitaan, di situlah kasih Allah bekerja.
Renungan hari ini mengundang setiap umat beriman untuk meneladani kasih Kristus yang aktif dan tak terbatas. Dalam keseharian, kita kerap menunda berbuat baik karena merasa “belum saatnya” atau “tidak sesuai aturan”. Namun kasih sejati justru tampak ketika kita berani menolong di luar batas rutinitas dan kenyamanan pribadi.
Kasih yang aktif bukan hanya perasaan, melainkan tindakan nyata memberi waktu, perhatian, dan kepedulian kepada sesama yang menderita. Kebaikan kecil yang kita lakukan dengan tulus memiliki daya ubah yang besar.
Pertanyaan Reflektif
1. Apakah saya pernah menunda berbuat baik karena alasan kenyamanan atau aturan tertentu?
2. Bagaimana saya bisa menunjukkan kasih yang hidup dan tidak terbatas di tengah kesibukan sehari-hari?
3. Dalam keputusan-keputusan saya, apakah saya lebih mementingkan aturan atau keselamatan sesama?
Mari kita belajar dari Yesus, Sang Kasih yang menembus ruang dan waktu. Jadikan setiap hari kesempatan untuk menebar kasih — di rumah, di tempat kerja, di tengah masyarakat. Jangan menunggu hari yang sempurna untuk berbuat baik, karena setiap saat adalah waktu yang tepat untuk mengasihi. Selamat berefleksi dan berbuat kasih.


Centang kotak Notify Me agar mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.