![]() |
Peserta Sanggar Seni Mai Mo SMAK Santo Petrus Ende saat menerima Penghargaan dan hadiah pada Ajang Festival Harmoni Budaya 2025 (Foto : Humas SMAK Santo Petrus) |
Ende - Nusapagi.com || Sanggar seni “Mai Mo” SMA Katolik St. Petrus Ende berhasil mengharumkan nama sekolah dengan meraih juara dalam lomba tarian dan alat musik tradisional pada ajang Festival Harmoni Budaya. Festival ini digelar oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ende pada 12–29 Agustus 2025 sebagai bagian dari perayaan HUT ke-80 Republik Indonesia.
Nama “Mai Mo” sendiri diambil dari bahasa Lio yang berarti “sesuatu yang tidak bosan dilihat atau mempesona”, mencerminkan semangat seni dan budaya yang ditampilkan para siswa.
Koordinator seni tari Sanggar “Mai Mo”, Ibu Ludgardis Kara, saat diwawancara Rabu, (17/09/2025) menyampaikan bahwa partisipasi siswa dalam ajang ini tidak hanya soal kompetisi, tetapi juga sebagai wadah pengembangan bakat.
“Saya sangat mendukung kegiatan ini karena mampu menggali kemampuan, hobi, dan bakat para siswa. Seseorang yang hebat bukan hanya di bidang akademik, tetapi juga lewat kegiatan seperti ini yang bermanfaat bagi kehidupan mereka ke depannya,” ujarnya.
Kepala SMA Katolik St. Petrus Ende turut menyampaikan rasa bangga dan terima kasih kepada siswa-siswi serta para guru pendamping yang telah bekerja keras hingga berhasil membawa pulang juara. Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga identitas budaya di tengah derasnya arus teknologi modern.
“Dengan adanya lomba ini, kami berharap para siswa tidak melupakan kebudayaan sendiri. Ke depan, sekolah juga akan berupaya menambah fasilitas seni tari dan musik tradisional agar kegiatan positif seperti ini bisa lebih optimal,” tegasnya.
Sementara itu, Yoga, salah satu siswa peserta lomba tari tradisional, mengaku bangga dapat memberikan kontribusi bagi sekolah.
“Saya senang bisa ikut berpartisipasi dan berharap masih diberi kesempatan untuk mengikuti lomba-lomba seperti ini di masa depan,” tuturnya penuh semangat.
Prestasi Sanggar “Mai Mo” ini menjadi bukti nyata bahwa pelestarian budaya lokal bisa berjalan beriringan dengan pengembangan bakat generasi muda.
(Penulis: Cristin Kartika Yulia, Siswi Kelas X2 SMA Katolik St. Petrus Ende)
Centang kotak Notify Me agar mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.