BREAKING NEWS

Talkshow Pendidikan di Ende Soroti Pentingnya Pendidikan Berbasis Komunitas dan Kontekstual

   
Talkshow Pendidikan di Ende Soroti Pentingnya Pendidikan Berbasis Komunitas dan Kontekstual

Talkshow Pendidikan di Ende Soroti Pentingnya Pendidikan Berbasis Komunitas dan Kontekstual

Talkshow Pendidikan di Ende Soroti Pentingnya Pendidikan Berbasis Komunitas dan Kontekstual
Kegiatan Talkshow Pendidikan dan Temu Pendidik Nusantara XII
di Aula Dinas P & K Kabupaten Ende (Foto : istimewa)

Ende - Nusapagi.com || Pendidikan yang berhasil harus berakar pada komunitas, bersifat kontekstual, dan memperkuat lokalitas. Hal ini disampaikan oleh Ferdinandus Watu, Anggota DPRD Kabupaten Ende dari Fraksi PDI Perjuangan, saat menjadi narasumber dalam Talkshow Pendidikan  dan Temu Pendidik Nusantara XII yang berlangsung di Aula Dinas Pendidikan Kabupaten Ende pada 19 Juli 2025.


Talkshow yang bertema “Iklim Pendidikan dan Pendidikan Iklim” ini dibuka langsung oleh Anggota Komisi I DPRD Ende dan dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan pendidikan, termasuk guru, komunitas belajar, dan organisasi masyarakat sipil.


Nando Watu begitu biasa ia disapa menekankan bahwa pendidikan bukan sekadar proses transfer pengetahuan, tetapi harus mampu membimbing anak untuk menemukan potensi dan arah hidup yang relevan dengan konteks sosial dan budaya mereka.


 “Pendidikan harus mampu membangun motivasi, mimpi, dan harapan anak-anak sesuai dengan realitas komunitasnya. Ada ikatan emosional dan tanggung jawab sosial antara anak dan kampung halamannya,” tegas mantan Kepala Desa Detusoko Barat tersebut.


Ia menyayangkan fenomena banyaknya lulusan sarjana yang enggan kembali ke desa asal untuk berkontribusi. Padahal, menurutnya, desa-desa di Ende sangat membutuhkan sumber daya manusia berpendidikan yang mampu mengelola dan mengembangkan berbagai potensi lokal, seperti BUMDes, koperasi, kelompok tani, hingga pariwisata desa.


“Dari 255 desa di Ende, coba kita cek, berapa banyak lulusan sarjana yang kembali dan terlibat aktif dalam pembangunan desa?” ungkapnya dengan nada prihatin.


Selain menyoroti pentingnya kontekstualitas pendidikan, Nando Watu juga membedakan antara iklim pendidikan dan pendidikan iklim. Iklim pendidikan, menurutnya, berkaitan dengan suasana belajar yang sehat dan terarah, yang mampu membentuk karakter anak yang tanggap dan cakap menghadapi era digital. Sementara pendidikan iklim merujuk pada peran serta anak dalam menjaga dan memberi dampak positif pada lingkungan sekitar.


 “Kita harus mulai menyiapkan anak sejak dini, agar ketika mereka menginjak SMA atau SMK, mereka sudah tahu arah masa depan mereka; baik pilihan jurusan, karier, maupun kontribusi sosial mereka,” imbuhnya.


Talkshow ini dipandu oleh Kak Fortuna dan menghadirkan tiga narasumber lainnya: Berlin dari Trash Hero Kelimutu, Maria Magdalena Tea, S.Pd., SD selaku Koordinator Guru Penggerak Kabupaten Ende, serta Lukim dari Yayasan Guru Belajar (YGB).


Dalam kesempatan tersebut, Lukim menyampaikan bahwa Temu Pendidik Nusantara XII berbeda dari kegiatan sejenis karena berangkat dari kebutuhan riil guru di lapangan. Ia menekankan pentingnya guru yang terus belajar, memiliki rasa ingin tahu tinggi, berdampak nyata, dan mau berupaya untuk beradaptasi dengan konteks murid.


“Kami ingin menciptakan ruang di mana guru bisa saling belajar, berbagi ide, dan bertukar ilmu sesuai dengan situasi pendidikan saat ini,” ujarnya.


Kegiatan ini juga menjadi ruang kolaborasi antar pendidik dan komunitas pendidikan untuk menguatkan semangat perubahan dari akar rumput. Pemilihan tema talkshow mencerminkan pentingnya sinergi antara suasana belajar yang sehat dan keberpihakan pendidikan terhadap lingkungan serta konteks sosial murid.


Dengan menghadirkan berbagai perspektif dan pengalaman, talkshow ini diharapkan dapat menjadi awal dari transformasi pendidikan yang lebih relevan, partisipatif, dan berbasis pada kebutuhan nyata di daerah.***





Add Comment

Centang kotak Notify Me agar mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.


©2021 — NUSA PAGI