![]() |
Aventus dan Mario, dua bersaudara keturunan Taiwan memilih sekolah di SMP Swasta Kelimutu Ende (Foto : NP/EB) |
Ende - Nusapagi.com || Dua bersaudara berdarah campuran Taiwan dan Nagekeo memilih melanjutkan pendidikan mereka di SMP Swasta Kelimutu Ende. Kakak beradik Aventus Mario Chuang dan Mario Pasten Chuang kini resmi menjadi bagian dari keluarga besar sekolah yang terletak di jantung Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur ini.
Aventus, sang kakak, bergabung di kelas IX, sementara Mario, adiknya, memulai perjalanannya dari kelas VII. Meski baru bergabung, keduanya tampak ceria dan penuh semangat. Kebahagiaan mereka terpancar jelas saat berbicara tentang pengalaman baru yang mereka rasakan di lingkungan sekolah yang ramah dan penuh semangat pembelajaran, Jum'at, 18/07/2025.
Anak-anak ini merupakan buah hati dari pasangan lintas budaya: sang ayah yang berasal dari Taiwan dan ibunya berdarah Nagekeo, salah satu suku asli Flores. Ayah mereka telah lama tinggal dan mengabdi sebagai terapis di wilayah Flores, memperkuat keterikatan keluarga ini dengan tanah kelahiran sang ibu.
“Kami merasa senang, bangga, bercampur bahagia bisa bersekolah di SMP Swasta Kelimutu Ende,” ujar Aventus, dengan mata berbinar. Ia berharap perjalanan akademiknya di sekolah ini bisa memperluas wawasan dan membentuk karakter yang kuat sebagai bekal hidup di masa depan.
Senada dengan sang kakak, Mario yang lebih muda juga menyampaikan harapannya agar sekolah ini menjadi tempat yang bisa membentuk kepribadiannya menjadi lebih baik dan membuka peluang untuk masa depan yang cerah.
SMP Swasta Kelimutu Ende sendiri dikenal sebagai salah satu sekolah yang menekankan keseimbangan antara pendidikan akademik dan pembentukan karakter. Lingkungan belajar yang inklusif serta pendekatan personal kepada siswa menjadi daya tarik tersendiri, termasuk bagi keluarga dari latar belakang multikultural seperti keluarga Chuang.
Kehadiran Aventus dan Mario menambah warna keberagaman di sekolah ini. Lebih dari sekadar tempat belajar, sekolah ini menjadi titik temu lintas budaya dan nilai-nilai kemanusiaan. Kisah mereka adalah cermin bahwa pendidikan tidak hanya soal buku dan ujian, tapi juga tentang jembatan untuk memahami dunia dan membangun jati diri.***
Centang kotak Notify Me agar mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.