HEADLINE
Mode Gelap
Artikel teks besar

Festival Gawi Anak Sekami Paroki Mautapaga, Warnai Peringatan 40 Tahun Imamat Romo Egidius Parera

Festival Gawi Anak Sekami Paroki Santo Josef Freinademetz Mautapaga (Foto : istimewa)

Ende - Nusapagi.com ||  Suasana meriah penuh sukacita mewarnai Festival Gawi Anak-anak Sekami yang digelar Paroki Santo Josef Freinademetz Mautapaga, Ende, Kamis (12/06) dalam rangka memperingati Panca Windu atau 40 tahun Imamat Romo Egidius Parera, Pr. Festival ini menjadi momentum istimewa yang tidak hanya sarat makna iman, tetapi juga menampilkan kekayaan budaya lokal yang menggugah.

Dengan latar tarian Gawi – tarian tradisional khas Flores – anak-anak dari 15 lingkungan Paroki tampil dengan penuh semangat. Gerakan mereka yang enerjik dan musik tradisional yang mengiringi menjadi simbol ungkapan syukur atas pengabdian Romo Egidius selama empat dekade dalam pelayanan pastoral.

Festival Gawi ini tidak hanya menjadi ajang hiburan semata, namun juga menjadi sarana pembinaan karakter dan iman anak-anak Sekami (Serikat Kepausan Anak dan Remaja Misioner). Melalui tarian yang kaya makna, anak-anak diajak mengekspresikan kecintaan mereka pada iman Katolik dan warisan budaya lokal sejak usia dini.

Romo Egidius Parera yang hadir langsung dalam kegiatan ini tampak terharu melihat antusiasme para peserta. Dalam sambutannya, beliau mengungkapkan rasa syukur mendalam atas dukungan umat, serta harapannya agar semangat misioner terus hidup dan berkembang dalam diri generasi muda Ende.

“Ini adalah kebahagiaan yang luar biasa. Saya sungguh bersyukur melihat semangat dan cinta anak-anak terhadap budaya dan iman. Semoga semangat misioner ini terus tumbuh dalam hati mereka,” ujar Romo Egidius.

Sementara itu, Sekretaris DPP Paroki Mautapaga, Paskalis X. Hurint, dalam sambutan pembukaannya menegaskan bahwa Festival Gawi ini memang dikhususkan bagi anak-anak sebagai bentuk nyata dari implementasi Komunitas Umat Basis (KUB) Ramah Anak, sebagaimana dicanangkan oleh Keuskupan Agung Ende.

Ia menambahkan bahwa pelibatan anak-anak dalam festival ini bertujuan menanamkan rasa cinta terhadap budaya lokal, terutama di tengah gempuran budaya luar yang kian masif. 

“Sedari kecil, anak-anak harus diperkenalkan dengan budaya daerah agar mereka semakin mencintai dan menjaga kekayaan lokal yang menjadi ciri khas identitas daerahnya,” kata Paskalis.

Festival yang mendapat sambutan hangat dari umat ini sekaligus menjadi cermin keberhasilan Gereja dalam membina generasi muda yang beriman kuat, berkarakter, dan mencintai budayanya sendiri. Melalui tarian Gawi, warisan leluhur dihidupkan kembali di hati anak-anak sebagai generasi penerus Gereja dan bangsa.***(NP/Efrid Bata)


Posting Komentar
Tutup Iklan