Advertisement
Scroll Keatas Untuk Lanjutkan Membaca
BREAKING NEWS

Renungan Katholik Minggu Adven II : Luruskan Jalan di Padang Belantara Hati Kita

   
Renungan Katholik Minggu Adven II : Luruskan Jalan di Padang Belantara Hati Kita

Renungan Katholik Minggu Adven II : Luruskan Jalan di Padang Belantara Hati Kita

Renungan Katholik Minggu Adven II : Luruskan Jalan di Padang Belantara Hati Kita
Oleh : Fr. M Yohanes Berchmans,BHK


SALVE, para saudara-saudariku terkasih dalam Kristus. Kita kembali memasuki Minggu Adven II, masa suci ketika Gereja mengajak kita menyiapkan diri menyambut kehadiran Tuhan. Sebuah pertanyaan sederhana namun tajam patut kita renungkan: Seberapa lurus jalan hati kita? Dan lebih jujur lagi : Bagian mana dari hati kita yang saat ini paling membutuhkan diluruskan?


Bacaan Injil hari ini (Mat 3:1–12) menampilkan Yohanes Pembaptis sebagai suara yang berseru di padang gurun. Namun gurun itu bukan sekadar lanskap geografis; gurun itu adalah hati kita sendiri sering kering, sepi, dipenuhi kecemasan, kerinduan yang hampa, ataupun luka dan kepahitan yang kita simpan terlalu lama.


Justru di tempat seperti itulah suara Yohanes bergema: “Luruskanlah jalan bagi Tuhan!”


Seruan ini bukan sentimentalitas adven, melainkan panggilan pertobatan nyata. Yohanes menantang kita untuk bekerja di “padang belantara hati,” menata jalan agar Tuhan dapat datang dan tinggal.


Menggemakan nubuat Yesaya, Yohanes mengajak kita melakukan empat pekerjaan besar:


1. Menimbun Lembah – Mengisi Kekosongan

Kita semua memiliki “lembah”: bagian diri yang kosong, rapuh, atau kurang kasih. Adven mengundang kita untuk mengisinya dengan Tuhan bukan dengan pelarian, hiburan kosong, atau hal-hal yang hanya memuaskan sesaat.


2. Meratakan Gunung dan Bukit l, Merendahkan Ego. 

“Gunung” bisa berupa kesombongan, ambisi pribadi, atau sikap ingin menguasai. Pertobatan berarti meratakan semua hal yang membuat kasih tidak bisa mengalir.


3. Meluruskan Jalan yang Berliku Memilih Integritas

Kebiasaan buruk, kelicikan, kompromi kecil yang melukai hati nurani itulah “jalan berliku”. Yohanes menantang kita untuk setia dalam hal-hal kecil, jujur meski tidak ada yang melihat.


4. Menghaluskan Tempat yang Kasar Membangun Hati yang Lembut

Kadang hati kita keras: mudah tersinggung, sulit mengampuni, cepat menghakimi. Tuhan mengajak kita belajar menjadi lembut, membuka ruang untuk belas kasih.


Mengapa Meluruskan Jalan Itu Penting?

Kerja hati memang melelahkan, tetapi buahnya pasti nyata:


1. Yesus Lebih Mudah Hadir dalam Hidup Kita

Ketika jalan hati dirapikan, Tuhan tidak hanya lewat, tetapi berdiam dalam batin kita.


2. Roh Kudus Bekerja Memurnikan

Ia membersihkan cara pikir, hasrat, dan motivasi kita sehingga hidup menjadi lebih jernih.


3. Buah Hidup Nampak

Perubahan karakter, tutur kata yang membangun, sikap kasih yang konsisten—semua menjadi tanda bahwa Tuhan sungguh berjalan di jalan hati kita.


Yohanes Pembaptis adalah suara yang mengajak kita mengambil cangkul rohani dan bekerja bukan di hati orang lain, tetapi di hati kita sendiri. Karena pertanyaannya bukan sekadar:

“Apakah jalan hatiku sudah lurus?” tetapi: “Bagian mana dari hati saya yang harus mulai dibereskan hari ini?”


Pertanyaan Refleksi


1. Bagian mana dari jalan hati saya yang butuh diratakan? Apakah lembah kekosongan? Gunung kesombongan? Atau jalan berliku kebiasaan buruk?


2. Apa tindakan pertobatan konkret yang dapat saya lakukan minggu ini untuk memberi Tuhan akses lebih leluasa ke dalam hidup saya?


3. Buah apa yang sudah bertumbuh dalam hidup saya sebagai tanda bahwa Tuhan sungguh hadir dan bekerja?


Doa


Tuhan Yesus, luruskanlah jalan di hati kami. Timbunan lembah kekosongan dengan kasih-Mu, ratakan kesombongan kami, luruskan kelicikan kami, dan lembutkan hati yang keras. Datanglah dan berdiamlah dalam hidup kami, agar buah kasih, kerendahan hati, dan damai-Mu nyata dalam setiap tindakan kami. Amin.


Selamat merayakan Minggu Adven II. Maranatha—Datanglah, ya Tuhan Yesus! 

Add Comment

Centang kotak Notify Me agar mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.


©2020 — NUSA PAGI