![]() |
Oleh : Fr. M. Yohanes Berchmans, BHK |
Salve.....Bapa/Ibu, Saudara/Saudari yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Setiap hari Minggu, umat Katolik diajak untuk berhenti sejenak dari hiruk-pikuk kehidupan dan membuka hati bagi sabda Tuhan. Dalam kesibukan dunia yang sering membuat manusia lupa bersyukur, renungan Minggu Biasa XXVIII, Minggu (12/10/2025) menghadirkan pesan sederhana namun mendalam: “Tahu Berterima Kasih.” Sebuah ajakan untuk kembali menata hati agar tidak hanya mengejar berkat, tetapi juga mengingat Sang Pemberi berkat yakni Tuhan sendiri.
“Jika hari ini kita masih diberi napas kehidupan dan kesehatan, itu adalah anugerah Tuhan,” demikian pembuka renungan yang mengingatkan umat bahwa setiap pagi adalah kesempatan baru untuk mengucap syukur.
Renungan ini diilhami dari Injil Lukas 17:11–19 tentang sepuluh orang kusta yang disembuhkan oleh Yesus. Dari sepuluh orang itu, hanya satu yang kembali bersujud di kaki-Nya dan mengucap syukur seorang Samaria, orang asing yang justru menunjukkan iman sejati dan hati yang tahu berterima kasih.
Yesus pun bersabda: “Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah sembuh? Di manakah yang sembilan lainnya?” Pertanyaan ini menjadi panggilan bagi setiap umat beriman untuk bercermin: apakah kita seperti orang Samaria yang kembali bersyukur, atau seperti sembilan lainnya yang melupakan Tuhan setelah menerima kesembuhan dan berkat?
Renungan ini menegaskan bahwa hati yang tahu bersyukur adalah hati yang terbuka bagi kasih karunia, sementara hati yang lupa berterima kasih adalah hati yang tertutup oleh kesombongan. “Jika kita menjadi orang yang tidak tahu berterima kasih kepada Tuhan, maka kita sedang berjalan di jalan kesombongan. Dan kesombongan menutup pintu keselamatan,” demikian pesan mendalam yang diwartakan.
Namun, bagi mereka yang memilih untuk bersyukur dan memuliakan Tuhan dalam segala hal, janji Yesus tetap berlaku: “Imanmu telah menyelamatkan engkau.”
Renungan ini juga menegaskan bahwa rasa syukur tidak hanya ditujukan kepada Tuhan, tetapi juga kepada sesama yang telah berbuat baik. Dalam diri sesama, Tuhan hadir dan bekerja, sehingga ucapan terima kasih menjadi wujud nyata dari kasih dan kerendahan hati. Umat diajak untuk terus menebarkan kebaikan dan menjadi pribadi yang rendah hati pribadi yang tahu berterima kasih bukan hanya dengan kata, tetapi juga dengan tindakan.
Sebagai bahan refleksi, renungan ini mengajak setiap umat untuk bertanya dalam hati:
1. Apakah aku sungguh menyadari bahwa setiap berkat adalah pemberian Tuhan, bukan semata hasil usahaku?
2. Seberapa sering aku kembali kepada Tuhan dengan hati yang bersyukur seperti orang Samaria?
3. Adakah kesombongan dalam diriku yang membuatku lupa berterima kasih, dan bagaimana aku bisa belajar untuk lebih rendah hati setiap hari?
Pada akhirnya, pesan renungan ini mengajak kita semua untuk menapaki hidup dengan hati penuh syukur. Di tengah perjuangan dan keberhasilan, mari kita senantiasa mengingat bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan. Dengan hati yang bersyukur, hidup menjadi lebih damai, dan iman semakin dikuatkan oleh kasih karunia-Nya.
Selamat berefleksi dan selamat berhari Minggu. Semoga hati kita senantiasa dipenuhi rasa syukur dan cinta kepada Tuhan serta sesama. Amin.
Centang kotak Notify Me agar mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.