![]() |
Rumah Ibu Asra Dewi yang delapan bulan lalu terbakar di Jl. Nangka Ende, saat ini hanya tinggal puing - puing (Foto : NP/ Efrid Bata) |
Ende - Nusapagi.com || Delapan bulan pasca kebakaran yang menghanguskan rumahnya, Ibu Asra Dewi, warga Jalan Nangka, RT 029/RW 010, Kelurahan Kelimutu, Kecamatan Ende Tengah, Kabupaten Ende, masih berjuang bertahan hidup bersama anaknya di sebuah kamar kos sederhana.
Kebakaran yang terjadi pada 22 Februari 2025 sekitar pukul 10.00 Wita itu menghanguskan rumah setengah tembok milik Asra Dewi beserta seluruh isi di dalamnya. Saat kejadian, ia sedang sakit dan beristirahat di kamar.
“Saya dengar suara seperti ledakan. Saat buka pintu, api sudah membesar. Pintu depan terkunci, jadi saya keluar lewat belakang dan lompat pagar,” tutur Asra saat ditemui di Ende, Jumat (10/10/2025).
Dalam musibah tersebut, tak satu pun barang miliknya dapat diselamatkan. “Semua habis, termasuk HP. Kami hanya punya pakaian di badan,” ujarnya.
Usai kebakaran, bantuan awal datang dari Dinas Sosial, pihak kelurahan, Kodim, dan PKK Kabupaten Ende berupa sembako, pakaian, dan sedikit uang tunai. Dari PKK Kabupaten Ende, Asra menerima beras 5 kilogram, telur satu rak, dan uang tunai Rp500.000 yang diberikan langsung oleh Ibu Bupati Ende.
Namun, hingga kini, harapan Asra untuk memiliki kembali tempat tinggal belum terwujud. “Saya sudah sampaikan ke Ibu Bupati, saya butuh rumah. Katanya akan disampaikan ke Bapak Bupati, tapi sampai sekarang belum ada kabar,” katanya.
Sejak kehilangan rumah, Asra bersama anaknya yang berusia 10 tahun menumpang di kamar kos seharga Rp. 600 ribu per bulan. Penghasilannya dari berjualan kue tak mencukupi untuk membayar sewa, sehingga dua bulan terakhir ia menunggak.
“Saya takut diusir karena belum bayar dua bulan. Kalau benar-benar diusir, saya tidak tahu mau tinggal di mana lagi,” imbuhnya.
Meski hidup dalam keterbatasan, Asra Dewi tetap berharap bisa kembali memiliki tempat tinggal di tanah bekas rumahnya. “Saya hanya ingin punya satu kamar kecil untuk tempat berlindung kami,” pintanya.
Kisah Ibu Asra Dewi menjadi potret perjuangan seorang ibu tunggal yang tetap tegar menjalani hidup di tengah kehilangan dan kesulitan ekonomi, dengan harapan adanya perhatian lebih dari pemerintah dan masyarakat sekitar.***(NP / Efrid Bata)
Centang kotak Notify Me agar mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.