Advertisement
Scroll Keatas Untuk Lanjutkan Membaca
BREAKING NEWS

Renungan Minggu Biasa XXIII : Melepaskan Bukan Berarti Kehilangan, tetapi Memberi Ruang Bagi Kristus Menjadi Pusat Hidup

   
Renungan Minggu Biasa XXIII : Melepaskan Bukan Berarti Kehilangan, tetapi Memberi Ruang Bagi Kristus Menjadi Pusat Hidup

Renungan Minggu Biasa XXIII : Melepaskan Bukan Berarti Kehilangan, tetapi Memberi Ruang Bagi Kristus Menjadi Pusat Hidup

Renungan Minggu Biasa XXIII : Melepaskan Bukan Berarti Kehilangan, tetapi Memberi Ruang Bagi Kristus Menjadi Pusat Hidup
Oleh : Fr. M. Yohanes Berchmans, BHK 

Ende, Nusapagi.com – Salve....bagi saudaraku semua yang terkasih dalam Kristus. Pada Minggu Biasa XXIII, 07 September 2025 ini saya mengajak umat beriman untuk senantiasa merenungkan kembali arah hidup rohani kita Lewat tema “Melepaskan Diri dari Segala Sesuatu”. Hal ini mau menegaskan pentingnya keberanian untuk menomorsatukan Kristus di atas segala keterikatan duniawi.


Renungan ini bersumber dari Injil Lukas 14:25-33, di mana Yesus menegaskan syarat yang tidak mudah bagi siapa pun yang ingin menjadi murid-Nya. Yesus berkata: “Jika seseorang datang kepada-Ku dan tidak membenci ayahnya, ibunya, istrinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki dan perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.”


Hemat saya, sabda Yesus ini bukanlah ajaran untuk membenci secara harafiah, melainkan panggilan untuk menempatkan kasih kepada Kristus sebagai prioritas mutlak di atas segala sesuatu. 


Yesus tidak mencari pengikut yang setengah hati. Ia mencari hati yang rela dikosongkan dari dunia agar dipenuhi oleh kasih-Nya.


Keterikatan pada keluarga, ego, harta, dan kenyamanan bukanlah hal yang buruk. Namun, jika semua itu lebih diutamakan daripada Kristus, maka hal-hal tersebut bisa menjadi penghalang dalam perjalanan iman. Justru, ketika seseorang berani melepaskan, ia tidak kehilangan, melainkan menemukan hidup yang sejati dalam Kristus.


“Ketika kita menomorsatukan Yesus, barulah cinta kita kepada keluarga dan sesama menjadi murni, karena bersumber dari Sang Sumber Cinta itu sendiri. Melepaskan bukan berarti kehilangan, tetapi memberi ruang bagi Kristus untuk menjadi pusat hidup,” ujar Frater Yohanes.


Renungan ini ditutup dengan ajakan untuk berefleksi secara pribadi:


1. Apa yang paling sulit aku lepaskan dalam hidupku.,? apakah keluarga, ego, atau harta yang menghalangi aku menomorsatukan Yesus?


2. Apakah cintaku kepada sesama benar-benar bersumber dari kasih Kristus, atau masih berakar pada kebutuhan pribadi?


3. Sudahkah aku sungguh-sungguh memikul salib dalam kehidupan sehari-hari, atau masih menghindari tantangan demi kenyamanan diri?


Dengan refleksi ini, saya mengajak umat untuk menjadikan Minggu Biasa XXIII sebagai kesempatan memperbarui komitmen iman: berani melepaskan diri dari segala sesuatu, agar hidup sungguh terarah kepada Kristus, Sang Sumber Cinta dan Kehidupan. Selamat berefleksi dan selamat berhari Minggu...***



Add Comment

Centang kotak Notify Me agar mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.


©2020 — NUSA PAGI