Bunda Maria Menyapa Pantura: Ziarah Perdana dalam Semangat Yubelium 2025, Sebuah Seruan Cinta dan Harapan
![]() |
Bunda Road to Utara (Foto : istimewa) |
Ende - Nusapagi.com || Dalam embusan angin pagi yang hening dan penuh haru, Bunda Maria memulai perjalanannya menyapa Pantai Utara (Pantura) Kabupaten Ende. Suatu peristiwa iman yang tak hanya menoreh sejarah baru dalam Gereja Katolik di Keuskupan Agung Ende tetapi juga menggugah hati setiap insan yang merindukan damai dan kehadiran ilahi di tengah kehidupan sehari-hari.
Mengusung tema "Maria Road to Pantura", Keuskupan Agung Ende secara khusyuk membuka ziarah rohani ini dalam rangka menyambut Tahun Yubelium Agung 2025. Bertempat di Kapela St. Maria Imakulata, Ndona, Jumat (02/05).
Umat berkumpul dalam semangat syukur dan doa saat Arca Bunda Maria diberkati, menandai dimulainya perjalanan sakral melintasi 14 paroki dan kuasi paroki di pesisir utara Kabupaten Ende.
"Ini bukan sekadar perjalanan arca,” tutur Vinsensius Sangu, Wakil Ketua Panitia, dalam siaran persnya.
Ini adalah peziarahan batin bersama Bunda Maria—sebuah sapaan surgawi kepada umat di tanah Pantura yang subur dan menjanjikan.
"Bunda datang bukan hanya untuk disambut, tetapi untuk menyapa, meneguhkan, dan memeluk setiap insan dengan cinta keibuannya," ujar Vinsen.
Dengan penuh semangat, arca Bunda Maria diarak menuju Kuasi Paroki Kamubheka, lalu melanjutkan ziarah lintas wilayah pantai utara Kabupaten Ende yang dikenal dengan kekayaan alam dan budaya: pertanian yang hijau, laut yang melimpah, peternakan yang kuat, dan potensi wisata yang menawan.
"Ziarah ini menjadi pengingat bahwa setiap elemen alam dan manusia di wilayah itu adalah karunia Tuhan yang harus dijaga dengan penuh rasa hormat dan tanggung jawab spiritual," imbuh Vinsen.
Vinsen menegaskan, kegiatan ini akan menjadi agenda tahunan tetap Gereja di Wilayah Keuskupan Agung Ende sebagai tahun doa dan penghormatan kepada Maria, Bunda Dunia.
“Ini adalah napas baru bagi umat. Sebuah cara Gereja menjawab kerinduan batin umat akan kehadiran yang menyejukkan. Maria berjalan bersama kita, menguatkan langkah dalam menghadapi zaman yang tak pasti,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
Ziarah ini bukan sekadar perayaan liturgis. Ia menjadi jembatan antara langit dan bumi, iman dan kehidupan, harapan dan kenyataan. Ia menyapa desa-desa yang sunyi, menembus relung-relung hati umat, dan menyulut kobaran iman baru di tengah tantangan zaman.
Dan di setiap langkah Bunda Maria yang kini menyusuri jalan-jalan Pantura Kabupaten Ende, terukir doa-doa sunyi yang naik ke surga: agar damai tinggal di bumi, agar harapan tak padam, agar cinta Allah nyata dalam wajah seorang Ibu.***(NP/Efrid Bata)