![]() |
Bangunan Gedung Sekolah SDK Toba sangat Memperhatikan ( Foto : istimewa) |
Ende - Nusapagi.com || SDK Toba di Desa Roga Kecamatan Ndona Timur yang berdiri tahun 1965 atau sudah 59 tahun berdiri, kini kondisinya sangat memprihatikan dan jauh dari kata layak.
Gedung bangunan yang rusak dengan atap seng yang bocor tetap menjadi ladang mimpi generasi z yang setia menimba ilmu walaupun dihantui rasa takut dan risau, kalau - kalau bangunan ini roboh dan jatuh.
Inilah potret sekolah di pedalaman Ende yang butuh sentuhan dan bantuan serta uluran tangan dari berbagai pihak yang merupakan pemerhati dan peduli pendidikan sehingga anak-anak sekolah bisa belajar dengan baik dan nyaman.
Melihat kondisi ini maka Pemerintah Kabupaten Ende diminta untuk segera memperhatikan sekolah- sekolah yang berada di daerah pelosok atau pedalaman Kabupaten Ende agar mereka juga bisa menikmati pendidikan yang baik dan nyaman.
Hal ini penting, karena sebuah pendidikan yang baik dan layak, maka sarana infrastruktur berupa fasilitas pendidikan seperti gedung atau bangunan sekolah harus benar - benar memberikan kenyamanan untuk para siswa bisa belajar.
Kenyataan ini sangat bertolak belakang dengan kondisi yang terjadi di SDK Toba, Desa Roga Kecamatan Ndona Timur. Gedung kelas atau ruang belajar di sekolah tersebut sangat memprihatinkan dan tidak layak lagi.
Untuk melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) para guru dan siswa di SDK Toba terpaksa harus bernaung di bawah atap gedung sekolah yang rusak berat.
“Kami harus gunakan satu ruangan untuk dua rombongan belajar dengan cara disekat karena yang lain sudah rusak parah,” kata Kepala SDK Toba, Hendrika Rae kepada wartawan, Selasa (19/11/2024)
Hendrika mengakui untuk mengantisipasi kekurangan ruang kelas belajar maka pihaknya bersama para guru membagi satu ruang kelas belajar menjadi dua ruang kelas untuk fua rombongan belajar dengan cara disekat.
"Kami menyekat ruang kelas belajar tersebut dengan lemari buku," tandasnya
Hal ini dilakukan oleh sekolah karena kekurangan ruangan kelas belajar, sehingga siswa kelas yang lain pun bisa belajar walaupun secara kenyataan tidak nyaman bagi anak - anak untuk bisa fokus belajar.
“Saat ini hanya ada empat ruang kelas, karena dua lainnya dalam kondisi rusak parah,” ujarnya.
Dia menjelaskan dari empat ruang kelas yang digunakan saat ini, atap sengnya sudah dalam kondisi bocor.
"Apabila cuacanya tidak bersahabat seperti hujan dan angin maka aktivitas belajar di sekolah pun terpaksa harus dihentikan, karena takut ada resiko," ucapnya.
Pihak sekolah berharap pemerintah melalui organisasi perangkat daerah (OPD) terkait agar bisa melihat dan memperhatikan kondisi sekolah kami ini.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun media ini, para guru yang mengabdi di sekolah tersebut ada delapan orang. Satu orang pegawai negeri sipil sedangkan yang lainnya guru komite dan honor.
Mirisnya, gaji guru honor di sekolah ini dibayar per semester atau enam bulan dengan kisaran Rp 500 – Rp 600 ribu. Gaji itu pun diterima guru jika orang tua siswa lancar membayar uang komite.***(NP/Efrid Bata)
Centang kotak Notify Me agar mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.