![]() |
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, Y.E.Satriawan Sadipun, SP.,M.Si (Foto : NP/EB) |
Ende - Nusapagi.com || Dinas Pertanian (Distan) bersama Komisi 2 DPRD Sikka lakukan kaji banding di Dinas Pertanian Kabupaten Ende terkait persoalan ASF, Rabies, Penyakit Darah Pisang dan Penyakit Ngorok pada sapi.
Persolan ini sangat serius dan membutuhkan langkah - langkah preventif agar penyebaran penyakit, baik pada hewan maupun tanaman bisa putuskan mata rantainya, dengan melakukan kesepakatan yakni memperketat pos lalu lintas hewan di perbatasan masing-masing Kabupaten.
Demikian hal itu dikatakan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, Y.E.Satriawan Sadipun, SP.,M.Si di Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Ende, Jum'at (09/08/2024).
Dia mengatakan bahwa di Kabupaten Sikka, Dinas Pertanian selalu dijuluki sebagai Dinas penyakit ternak, karena penyakit yang menyerang ternak hewan dan tanaman selalu berhubungan dengan dinas pertanian.
"Kami di Sikka penyakit yang sudah menyerang ternak seperti : ASF, Rabies dan Penyakit ngorok pada sapi', sedangkan pada tanaman yaitu penyakit darah pisang yang menyerang tanaman pisang", ucapnya.
Dia menuturkan di Kabupaten Sikka sudah ada 5 orang yang meninggal karena rabies dan ada 40 ekor sapi yang mati karena penyakit ngorok. Penyakit ngorok pada sapi ini, awalnya ditemukan di pati somba dan terus menyebar ke arah barat.
Dari Sapi yang mati ini, kami dari Dinas Pertanian Kabupaten Sikka sudah mengambil sampelnya lalu dikirim ke BBVet (Balai Besar Veteriner) Bali Denpasar.
"Hasil uji laboratorium menjelaskan bahwa sapi - sapi yang mati tersebut positif terkena penyakit ngorok sapi", ujarnya.
Dia menambahkan bahwa untuk sapi - sapi yang mati akibat terkena penyakit ngorok supaya tidak usah dikonsumsi, karena bisa membahayakan kesehatan manusia.
"Sebaiknya daging dari hewan sapi yang mati akibat penyakit ngorok agar tidak dimakan karena bisa menimbulkan penyakit," tuturnya.
Dia menegaskan bahwa penyakit yang menyerang hewan ternak maupun tanaman, asalnya bukan dari Kabupaten Sikka tetapi diduga dari Kabupaten tetangga.
"Kebanyakan berasal dari Nagekeo karena pola penyebarannya melalui sarana yang kita pakai, lewat serangga dan juga juga udara," tandasnya.
Lanjutnya kehadiran kami di Dinas Pertanian Kabupaten Ende adalah untuk membangun sebuah komunikasi, kerja sama dan kesepakatan untuk memperketat pos lalu lintas hewan di setiap pintu masuk perbatasan kabupaten masing-masing, baik dari Nagekeo ke Ende, Ende ke Sikka maupun sebaliknya.
Kami di Sikka ada dua pos lalu lintas hewan atau cek point' yang selalu diawasi oleh Petugas Medik Veteriner, Bhabinsa, dan Bhabinkamtibmas.
"Di utaranya di Ndete Desa Reroroja Kecamatan Magepanda dan di Selatannya di Paga", imbuhnya.
Kadis Pertanian Sikka juga menjelaskan bahwa di Sikka sendiri sudah dikeluarkan instruksi untuk hal ini, sehingga benar - benar diawasi secara baik
"Tim kita terus melakukan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) kepada masyarakat untuk senantiasa merubah perilaku, agar jangan hanya mementingkan soal nilai ekonomi dari suatu barang, ketimbang dampak penyakit yang akan timbul akibat penyakit yang ada pada hewan ternak atau tanaman yang dibawa dari luar daerah," paparnya.
Sampai saat ini belum ada vaksinasi, jadi kami di Sikka baru diberikan suntikan anti biotika.Total kerugian akibat banyaknya sapi yang mati akibat terkena penyakit ngorok ini, ditaksasi bisa mencapai ratusan juta rupiah.
"Harapannya agar advokasi berupa komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat terus ditingkatkan dan Pemerintah Daerah bisa mengintervensi anggaran untuk membangun pos lalu lintas hewan di masing-masing Kabupaten sehingga bisa mengurangi penyerabaran penyakit baik pada hewan, maupun pada tanaman," tutupnya.*** (NP/ Efrid Bata)
Centang kotak Notify Me agar mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.